Site icon Masdoni

Radioterapi pada pengobatan Kanker

Radioterapi pada pengobatan Kanker
Gizi.net – Radioterapi dikenal juga dengan pengobatan sinar, merupakan salah satu metode pengobatan penyakit kanker selain pembedahan dan kemoterapi. Kombinasi metode pengobatan di atas akan memberikan hasil pengobatan optimal.

Saat ini di negara maju pengobatan penyakit kanker bersama penyakit jantung dan pembuluh darah menempati posisi tertinggi penyebab kematian. Di negara berkembang posisi ini masih “dikalahkan” oleh penyakit infeksi atau kurang gizi, meski tidak berarti angka kejadian penyakit ini dapat diabaikan.

Berbagai publikasi menyebutkan bahwa di Eropa Barat, Amerika, dan negara maju lainnya, 50%-60% pasien kanker memperoleh penyinaran, baik pada awal, sebagai kombinasi bedah, ataupun berdiri sendiri. Angka ini dipastikan lebih tinggi di negara ketiga, mengingat lebih banyaknya kasus lanjut yang dijumpai serta murahnya pengobatan ini.

Radioterapi
Radioterapi berarti pengobatan kanker dengan menggunakan sinar radioaktif. Cara ini telah dimulai sejak kurang lebih seratus tahun lalu, tidak lama setelah Prof. Willem Conrad Roentgen menemukan sinar X. Dengan berkembangnya ilmu kedokteran dan teknologi, metode ini makin mendapat tempat dalam pengobatan penyakit kanker.


Sinar X, elektron, dan sinar y (gamma), terbanyak digunakan dalam pengobatan kanker disamping partikel lain. Pada prinsipnya apabila berkas sinar radioaktif atau partikel dipaparkan ke jaringan, maka akan terjadi berbagai peristiwa antara lain peristiwa ionisasi molekul air yang mengakibatkan terbentuknya radikal bebas di dalam sel yang pada gilirannya akan menyebabkan kematian sel. Lintasan sinar juga menimbulkan kerusakan akibat tertumbuknya DNA (deoxy ribonucleic acid) yang dapat diikuti kematian sel.

Tentunya akan timbul pertanyaan apakah kematian hanya terjadi pada sel kanker, bagaimana dengan jaringan normal ? Sebenarnya baik sel kanker maupun sel normal akan mengalami peristiwa yang sama, hanya saja pada sebagian besar jenis kanker memperlihatkan kepekaan yang lebih tinggi terhadap sinar ini daripada sel-sel normal. Jadi diharapkan, pada pengobatan penyakit kanker, semua sel kanker telah mengalami kematian sebelum terjadi cedera yang berlebih pada sel-sel normal yang masih hidup. Apabila pemberian radiasi dihentikan sel normal ini akan kembali sehat seperti sediakala.

Keadaan ini bisa dicapai apabila dosis sinar yang diberikan tidak melewati ambang dosis kemampuan hidup sel normal dan apabila tidak terlalu banyak jaringan yang terikut serta pada radiasi. Ini berarti makin sedikit jumlah sel kanker yang disinar makin tinggi kemungkinan penyembuhannya. Dengan kata lain, bila benjolan relatif masih kecil pengobatan lebih efektif.

Sebagai contoh adalah kanker payudara. Setelah jaringan kanker beserta jaringan normal sekitarnya dioperasi maka menjadi tugas radiasi untuk membersihkan sel-sel kanker yang tertinggal. Metode ini disebut sebagai radiasi pascabedah.

Metode lain adalah radiasi yang mendahului operasi atau radiasi prabedah seperti halnya yang sering dilakukan pada kanker kolon (usus besar). Tujuan penyinaran di sini adalah untuk memperkecil jaringan kanker sehingga mempermudah spesialis bedah mengangkat semua jaringan kanker, sekaligus untuk mencegah terjadinya penyebaran sel-sel kanker pada saat pembedahan dilakukan.

Namun sayangnya tidak semua kanker dapat dioperasi, baik karena keadaan pasien tidak mengizinkan maupun ukuran kanker yang terlalu besar atau bahkan telah terjadi penyebaran jauh.

Pada beberapa keadaan radioterapi dapat berdiri sendiri dalam memberantas sel-sel kanker. Pada kanker leher rahim, kanker pita suara, dan kanker lidah, kesemuanya stadium awal, radiasi dapat dilakukan sebagai alternatif pembedahan. Kelebihan pada cara pengobatan sinar saja adalah masih terpeliharanya fungsi pita suara (masih mampu berbicara normal) dan lidah masih dapat digunakan untuk merasakan makanan.

Cara Pemberian Metode pengobatan dengan sinar dilakukan dengan cara pemberian sinar luar (radiasi eksterna) dan sinar dalam (brakhiterapi) yang masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk memperoleh hasil yang optimal seringkali kedua metode diberikan secara kombinasi.

Radiasi eksterna dapat diberikan pada hampir semua jenis kanker tidak tergantung pada stadium, baik awal maupun lanjut, seperti pada anak sebar sel kanker di tulang.

Cara pemberian sinar luar, radiasi terletak pada suatu jarak tertentu (80 cm sampai 100 cm) dari tubuh pasien sinar diarahkan pada lokasi jaringan kanker, biasanya diikutsertakan pula kelenjar getah bening setempat yang mungkin sudah mengandung sel-sel kanker.

Kelebihan cara ini adalah diharapkan semua sel kanker beserta penyebaran ke sekelilingnya akan memperoleh radiasi sehingga akan mengalami kematian. Sedangkan kerugiannya, selain jaringan kanker jaringan normal yang sehat yang berada di lapangan radiasi juga akan memperoleh sinar. Sekalipun jaringan normal mengalami cedera yang lebih ringan daripada jaringan kankernya, seperti telah diuraikan sebelumnya, namun apabila jaringan normal terlalu banyak yang terlibat maka dikhawatirkan akan terjadi efek samping radiasi yang terlalu berat.

Karena itulah pemberian sinar luar ini harus dibatasi sampai dosis tertentu. Akan timbul pertanyaan lagi, kalau begitu ada kemungkinan bahwa jaringan kanker memperoleh dosis yang tidak mematikan ? Benar, hal itu mungkin dapat terjadi. Untuk mengatasinya diperlukan dosis kompensasi sedemikian rupa sehingga akan tercapai dosis yang mematikan sel kanker. Dosis tambahan ini hanya dapat diperoleh dari cara pemberian sinar dalam.

Sesuai dengan istilahnya maka sinar dalam diberikan dengan cara langsung pada jaringan kankernya, bisa dengan menancapkan sumber radiasi (berupa jarum) langsung ke jaringan kanker seperti pada kanker lidah atau prostat, atau dengan menempatkannya pada struktur anatomis seperti pada kanker rahim. Dengan cara demikian hanya jaringan kanker saja yang memperoleh dosis sinar, sedangkan jaringan normal sekitarnya praktis tidak memperolehnya.

Brakhiterapi atau sinar dalam ini hanya dapat diberikan pada jenis kanker tertentu saja dan yang paling klasik adalah kanker leher rahim yang telah dimulai sejak ditemukan unsur radium oleh Madam Curie. Pada saat ini radium tidak digunakan lagi dan digantikan dengan iridium.

Efek samping yang dirasakan pada umumnya terjadi pada minggu-minggu pertama pengobatan berupa rasa lemah, menurunnya nafsu makan, yang biasanya terjadi karena pasien tidak dapat menerima kenyataan bahwa dirinya menderita kanker, harus menjalani terapi sinar yang dinilai menakutkan, atau perjalanan dari rumah ke tempat pengobatan yang melelahkan.

Pengobatan sinar ini biasanya memakan waktu 5-6 minggu bahkan kadang lebih. Pemberian informasi mengenai penyakit serta metode pengobatan yang akan diterima disamping pemberian pengobatan yang bertujuan menghilangkan keluhan, akan sangat membantu pasien.

Disamping efek samping umum seperti di atas, terjadi juga efek samping lokal sesuai dengan tempat radiasi.

Namun, meskipun berbagai metode pengobatan terkini ditopang oleh peralatan modern, kegagalan masih selalu dapat terjadi. Faktor kegagalan tersering adalah lambatnya pasien meminta pertolongan dokter sehingga penyakit telah mencapai stadium lanjut, disamping kepatuhan pasien terhadap program pengobatan.

Karena itu melakukan pemeriksaan penyaring maupun segera berkonsultasi ke dokter bila ada keluhan, merupakan tindakan yang bijaksana.

Exit mobile version