[ad_1]
Orang tua jelas tak selalu benar. Sering kali kita tak mampu bertindak tepat saat menghadapi perilaku anak dan dapat menyakiti perasaannya. Mari ketahui apa saja kesalahan tersebut agar bisa dibenahi.
Anak Boleh Punya Emosi
“Aku sedih banget deh hari ini. Rasanya enggak ada yang peduli sama aku.”
“Ah, itu cuma perasaan kamu aja, kok. Harusnya kamu tuh bersyukur, masih punya pekerjaan sama penghasilan. Masih banyak tau, orang yang kurang beruntung.”
Ketika merasa sedih, marah, atau takut, apa yang Mums harapkan dari orang lain? Jawaban terbanyak mungkin adalah dipahami.
Ya, emosi kita memang tak selalu benar. Namun ketika kita merasakan dan mengungkapkannya, setidaknya beri waktu agar kita bisa merasakannya tanpa merasa dihakimi dimarahi, apalagi diremehkan. Ketika kita merasakan sesuatu, setidaknya perasaan itu dihargai oleh orang yang kita percaya untuk mencurahkan perasaan. Contoh dialog di atas adalah sedikit dari banyak contoh tentang invalidasi emosi.
Jika didefinisikan, invalidasi emosi adalah penolakan atau meremehkan emosi seseorang secara eksplisit atau implisit. Invalidasi emosi nyatanya sangat kejam, karena dapat membuat orang lain merasa kerdil, tak berdaya, bahkan tak diakui ketika ia berada di kondisi emosional yang tidak stabil.
Untuk orang dewasa saja, invalidasi emosi sangat menyakitkan. Bayangkan jika ini dilakukan oleh orang tua kepada anaknya, dampaknya tentu akan membekas hingga usia dewasa. Bahkan para ahli sudah mengonfirmasi, bahwa perasaan tidak valid yang dialami sejak kecil, memiliki kaitan dengan masalah perkembangan sosial-emosional anak dan tekanan psikologis di masa dewasa.
Tapi tunggu dulu, kok bisa sih, orang tua meremehkan emosi anaknya? Sadar atau tidak, ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya, seperti:
- Tidak menganggap emosi anaknya penting, umumnya karena menilai si Kecil masih anak-anak.
- Orang tua tidak tahu bagaimana cara menghadapi emosinya sendiri.
- Tidak merasa salah jika mengabaikan perasaan anaknya sendiri.
- Menganggap bahwa menunjukkan emosi adalah tanda kelemahan.
- Memiliki riwayat orang tua yang acuh dengan emosi anaknya di masa kecil.
- Orang tua tidak bisa mengatur emosinya sendiri.
- Ingin memanipulasi emosi anak agar sesuai dengan keinginan orang tua.
Baca juga: Cara Melatih Anak Agar Menjadi Pribadi yang Pemaaf
Jangan Lagi Remehkan Perasaan Anak
Tak main-main, dampak dari invalidasi emosi menjadi sebuah luka yang dalam dan berbekas hingga anak dewasa. Beberapa di antaranya adalah:
- Anak merasa tidak diperhatikan, dipahami, dan dihargai.
- Anak tidak mampu mengidentifikasi dan mengatasi emosinya sendiri. Pada akhirnya, ia akan mencari itu dari orang lain seumur hidupnya.
- Si Kecil tidak dapat memercayai perasaannya sendiri.
- Anak kesulitan untuk menyayangi dirinya sendiri. Padahal ketika seseorang menyayangi dirinya sendiri, ia lebih mampu menghadapi kesulitan dan kegagalan dengan cara yang sehat
Baca juga: Cara Mengatasi Anak Cemburu karena Punya Adik
Lalu, perilaku apa sih, yang umumnya dilakukan orang tua dan bisa menyakiti perasaan anak? Bersiaplah, karena beberapa contohnya sangat sering dijumpai atau bahkan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah beberapa di antaranya:
- “Udah enggak usah nangis. Cuma luka kecil gitu, kok nangis.”
- “Adek enggak boleh gitu.”
- “Udah ah, cuma karena mainan aja nangis!”
- “Kenapa sih, Adek musti nangis kayak gitu? Diliatin orang, tuh!”
- “Kalo enggak berhenti nangis, Mama cubit, ya!”
Selain beberapa contoh di atas, contoh lain dari tindakan meremehkan emosi anak juga bisa dilakukan dengan:
- Menghukum anak saat ia menangis, marah, atau menunjukkan emosi lainnya.
- Mengalihkan pembicaraan saat anak berusaha mengutarakan perasaannya.
- Acuh dan tidak berhenti melihat ponsel saat anak menangis,marah, atau menunjukkan emosinya.
- Menghindar atau pergi saat si Kecil meminta perhatian orang tuanya.
- Membandingkan si Kecil dengan anak lain.
Jika melihat poin-poin di atas, sebenarnya anak cuma butuh satu hal dari orang tuanya, yaitu perhatian yang tulus. Memvalidasi perasaan anak tidak berarti Mums harus mengalah setiap kali anak menginginkan sesuatu. Juga tidak berarti membiarkan anak berperilaku tidak pantas. Namun, Mums membantu si Kecil untuk memahami emosi dan mengungkapkannya dengan tepat. Tentu ini bukan tugas yang mudah bagi orang tua. Tapi percayalah, Mums pasti bisa! (IS)
Baca juga: Si Kecil Kidal atau Bukan, Ya? Begini Cara Mengetahuinya
Referensi:
FirstCry. How to Raise A Happy Child
Parenting for Brain. Emotional Invalidation
Psychology Today. Validate Feelings
[ad_2]
Sumber