Site icon Masdoni

kenali faktor risiko kanker ovarium

[ad_1]

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian nomor 8 akibat kanker pada perempuan di seluruh dunia. Kanker ini tidak setenar kanker serviks atau payudara, masalahnya kanker ini hampir tidak bergejala pada stadium awal. Penting kenali faktor risiko kanker ovarium.

Data Globocan 2020 mencatat 14.896 kasus baru kanker ovarium, dengan angka kematian 9.581 perempuan per tahun. Di Indonesia, kanker ovarium berada di peringkat tiga dari sisi insidensi dan tingkat kematian. 

Ovarium (indung telur) merupakan organ reproduksi perempuan yang salah satu fungsinya tempat pematangan sel telur. Dr. Oni Khonsa, SpOG, Subsp. Onk, menjelaskan ketidaktahuan terhadap faktor risiko dan deteksi dini menyebabkan kaum hawa tidak mendapat diagnosa dan penanganan kanker ovarium tidak tepat. 

“Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani. Faktanya 20% dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, 94%-nya akan dapat hidup lebih dari 5 tahun setelah didiagnosis,” katanya dalam Kampanye 10 Jari: I Wish I Knew: What Doctor, Patient, Survivors, and Caregivers Want You To Know, Sabtu (3/12/2022). 

Gejala kanker ovarium sering disalahartikan dengan penyakit lain, sehingga luput dari perhatian dan baru ditemukan setelah stadium lanjut. Bila timbul gejala, umumnya akibat dari pertumbuhan, perkembangan, serta komplikasi yang sering timbul pada tingkat stadium lanjut. 

Gejala minim

Deteksi dini menjadi tantangan besar, karena pada stadium dini tidak ada gejala. Benjolan di ovarium yang masih 1 – 2 cm jarang terdeteksi karena tidak ada keluhan apa-apa. 

Pemeriksaan canggih mungkin saja menyatakan kondisi seseorang saat itu normal. Tetapi melalui pemeriksaan genetik, bisa melihat berapa persen risiko seorang terhadap kanker ovarium. 

Mereka yang terdeteksi dini biasanya ditemukan secara tidak sengaja. Atau ada keluhan lain, ketika dilakukan pemeriksaan USG ternyata ditemukan benjolan pada indung telur.

Faktor risiko dan deteksi dini lewat 10 jari

Melalui fakta bila kanker ovarium hampir tidak bergejala – pada stadium awal – penting mengetahui faktor risiko kanker ovarium, sehingga bisa melakukan deteksi dini. 

Kementerian Kesehatan RI menggaungkan Kampanye 10 Jari untuk mengenal faktor risiko kanker ovarium. Angka “10” dalam kampanye ini terdiri dari enam (6) faktor risiko dan empat (4) gejala kanker ovarium. 

Berikut ini enam faktor risiko kanker ovarium: 

  1. Memiliki riwayat kista endometrium. Endometrium (lapisan dinding rahim bagian dalam) bisa tumbuh di tempat lain di luar rahim; kondisi ini disebut endometriosis. Disebut kista endometrium bila endometriosis tumbuh di indung telur. 
  2. Riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan/atau payudara
  3. Mutasi genetik. Perempuan yang terlahir dengan mutasi genetik tertentu, misalnya BRCA1 atau BRCA2, berisiko lebih besar terhadap kanker ovarium.
  4. Paritas rendah. Risiko kanker ovarium lebih besar pada perempuan yang tidak pernah hamil, atau kehamilan (paritas) yang rendah. 
  5. Gaya hidup buruk, seperti jarang bergerak (sedentari) dan kurang konsumsi serat berpotensi mengakibatkan kegemukan (obesitas). Obesitas rentan terhadap penyakit kronis, termasuk kanker. 
  6. Pertambahan usia. 

Selain itu waspadai gejala/tanda kanker ovarium yang mungkin muncul: 

  1. Kembung
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Sering buang air kecil
  4. Nyeri panggul/perut

“Kalau kita punya salah satu dari enam faktor risikonya, terus ditambah ada gejala perut kembung, mungkin diare, harus periksa meskipun tidak semua gejala itu pada akhirnya kanker ovarium,” saran dr. Oni. (jie)

Baca: Perjuangan Shahnaz Haque Hadapi Kanker Ovarium hingga Sembuh: “Curigai Semua Gejala”

[ad_2]

Sumber

Exit mobile version