Site icon Masdoni

Ibu Hamil Harus Bahagia, Seperti Apa Dukungan yang bisa Diberikan?

[ad_1]

Ibu hamil harus bahagia untuk bisa menciptakan generasi penerus yang sehat dan hebat. Ini bukan isapan jempol lho. Banyak risiko bila ibu tidak bahagia semasa hamil dan setelah melahirkan. Tumbuh kembang anak bisa terganggu, dan yang lebih mengkhawatirkan, ibu bisa membahayakan diri sendiri maupun si Kecil.

Perempuan mengalami begitu banyak perubahan selama hamil dan setelah melahirkan. Secara fisik tubuhnya berubah, secara psikis pun terjadi perubahan akibat faktor hormonal. Pada kehamilan trimester I, kadar hormon estrogen dan progesteron meningkat, disertai dengan kemunculan hormon kehamilan beta hCG. “Ketiga hormon ini sangat berpengaruh terhadap prubahan psikis ibu hamil, sehingga ibu jadi lebih sedih, serta gampang menangis atau marah-marah,” ungkap dr. Ardiansjah Dara Sjahruddin, Sp.OG.

Survei oleh Teman Bumil terhadap 1.504 ibu hamil menemukan hal serupa. Dari survei tersebut, ditemukan bahwa 64,6$ ibu mengaku lebih mellow dan sedih, dan 38,4% jadi lebih stres selama hamil. Ditambah lagi, hormon beta hCG juga kerap memicu mual dan muntah, yang juga bisa menimbulkan stres. “Jadi jangan heran, sekitar 75-80% ibu hamil di trimester pertama pasti mual,” tambah dr. Dara, dalam perayaan ulang tahun Teman Bumil kelima, Selasa (29/11/2022) lalu, yang didukung oleh Folamil dan Herba ASIMOR.

Tentu, bukan hanya faktor hormonal yang memicu rasa tidak bahagia atau stress pada ibu hamil. Menurut survei yang sama, ada beberapa faktor eksternal yang turut berpengaruh. Antara lain kondisi finansial yang belum stabil (44,3%), masalah kehamilan yang cukup mengganggu (35,8%), belum atau sulit menyiapkan biaya persalinan (23,9%), masih harus bekerja atau mengurus seluruh pekerjaan rumah tangga sendirian (21,5%), dan menjalani kehamilan sambil mengurus anak (20,7%).

Gangguan psikis kebanyakan dialami ibu pada trimester I, tapi tak jarang pula berlanjut hingga trimester II bahkan III. “Pada trimester kedua, yang paling mengganggu ibu biasanya berkaitan dengan perubahan bentuk fisik, sedangkan di trimester ketiga, ibu sering kali stres memikirkan proses persalinan yang akan dijalaninya,” tutur dr. Dara.

Alasan Ibu Hamil Harus Bahagia

Kesedihan ibu selama hamil tak boleh dibiarkan berlarut-larut, karena bisa berdampak bagi kondisi janin yang dikandungnya. “Contohnya, ibu-ibu yang bersedih berkepanjangan berpotensi mengalami persalinan prematur. Bisa juga, anaknya kecil. Kita istilahkan BBLR (bayi berat lahir rendah),” ungkap dr. Dara.

Ia menjelaskan, bila ibu sedih atau banyak pikiran saat hamil, bisa jadi malas makan atau makan tidak teratur. “Akibatnya, janin menjadi kekurangan nutrisi lalu mengalami BBLR,” terang dr. Dara.

Ada pula yang sampai tidak menjaga kebersihan diri, hingga tubuhnya berisiko terpapar banyak bakteri. Akhirnya bakteri bisa masuk dari vagina ke dalam rahim, lalu menginfeksi selaput ketuban, yang memperbesar potensi mengalami ketuban pecah dini dan persalinan prematur. Itulah beberapa alas am mengapa ibu hamil harus bahagia.

Tak berhenti sampai di situ, kondisi psikis ibu tetap harus dijaga seusai melahirkan. Jika selama hamil hormon ibu meningkat, maka pasca melahirkan hormon mendadak menurun, yang membuat perasaan jadi tidak menentu. Kondisi ini dikenal dengan sebutan baby blues.

Berdasarkan Teman Bumil terhadap 1.259 partisipan yang memiliki anak 0-5 tahun, sebanyak 44,3% mengatakan mereka mengalami baby blues. “Baby blues bisa terjadi 2-3 hari setelah melahirkan, lalu berlanjut hingga kurang lebih 2 minggu,” ucap dr. Dara.

Normalnya, baby blues akan hilang dengan sendirinya. Namun bila dibiarkan, pada kondisi tertentu bisa berkembang menjadi depresi postpartum. Ini bisa berbahaya karena bisa memicu ibu melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya sendiri maupun si Kecil.

Dukungan yang Dibutuhkan Ibu

Berdasarkan survei yang dihimpun oleh Teman Bumil, 92,8% ibu hamil butuh dukungan suami dan orang terdekat agar bahagia selama menjalani kandungannya. Dukungan sederhana seperti mendengarkan keluh kesah saja, bisa berarti bagi ibu.

Berikut ini beberapa dukungan yang dibutuhkan ibu dari orang di sekitarnya

1. Curhat

Menurut survei Teman Bumil, sebanyak 24,7% ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun membutuhkan tempat curhat, baik ke suami ataupun orang terdekat. Hal ini diamine oleh dr. Dara. “Memang, ibu sesekali perlu meluapkan apa yang dirasakannya kepada orang di sekitarnya. Orang terdekat ibu pun perlu memahami kondisi sang Ibu, yang tentunya tidak mudah dan banyak tantangan,” ujarnya.

2. Menjaga anak

Sebanyak 31,4% ibu membutuhkan dukungan orang terdekat untuk menolong menjaga anak mereka sebentar, terutama ketika mereka merasa kewalahan dan stres.

3. Me-time

Masih dari survei yang sama, hampir semua ibu (98,1%) merasa perlu me-time. Ini menandakan bahwa ibu membutuhkan support system yang baik selama hamil dan merawat anak.

4. Perhatian

Suami dan orang terdekat juga bisa mendukung ibu dengan memperhatikan kebutuhan ibu, dan memberikannya dengan tulus. Misalnya ketika ibu sedang menyusui si Kecil, kita bisa memberikannya bantal yang nyaman untuk bersandar. Sekadar memijat bahu atau kaki ibu juga akan membuat ibu merasa didukung dan diperhatikan, sehingga perasaannya membaik.

5. Bantuan

Pastinya, ibu hamil dan ibu yang mengurus anak sangat membutuhkan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Suami maupun orang terdekat bisa mendukung ibu dengan membantu merapikan dan membersihkan rumah, mencuci piring, mencuci popok, maupun pekerjaan rumah lainnya.

Yuk, kita dukung ibu menjalani momen-momen terpenting dalam hidupnya. Ibu yang mengurus anak maupun ibu hamil harus bahagia, agar anak pun tumbuh sehat dan bahagia. (nid)
____________________________________________________

Ilustrasi: Image by user18526052 on Freepik

[ad_2]

Sumber

Exit mobile version