[ad_1]
Tidak heran munculnya kasus polio di Aceh menjadi kejadian luar biasa (KLB). Polio (poliomyelitis) adalah penyakit yang sempat dianggap hilang, kini muncul lagi.
Kementerian Kesehatan RI menyatakan tiga anak positif vitus polio di Pidie (Aceh), setelah melakukan penyelidikan sejak ditemukannya satu kasus polio di awal November 2022.
Satu pasien awal tersebut adalah anak berusia 7 tahun dengan gejala kaki kiri mendadak lumpuh, demam dan flu. Hasil pemeriksaan mendapatkan positif virus polio tipe 2.
Penelusuran transmisi lokal dilakukan di sekitar tempat tinggal penderita. “Dari hasil pemeriksaan feses pada 19 anak, 3 positif virus polio,” terang dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MHP, Juru Bicara Kemenkes, dilansir dari Sehatnegeriku.
Namun ketiga anak ini tidak mengalami gejala khas polio, seperti lumpuh layu mendadak. Dikategorikan sebagai penyakit polio non-paralisis.
Kemenkes memperkirakan penularan virus polio di Aceh ini berasal dari kontaminasi sumber air, antara lain karena kebiasaan BAB di sungai.
Virus berbahaya yang sempat ‘hilang’
Virus polio menyebar dari orang ke orang, dapat menginfeksi sumsum tulang belakang dan menyebabkan kelumpuhan (sebagian anggota gerak tubuh).
Melansir ourworlindata.org, Saloni Dattani, dkk, menulis polio tidak hanya menyebabkan kelumpuhan permanen pada berbagai bagian tubuh, tetapi juga berpotensi menyebabkan kematian dengan melumpuhkan otot pernapasan.
“Gejalanya sangat bervariasi antarpasien. Sebagian besar infeksi tidak menimbulkan gejala, tetapi yang lain sangat menderita dan beberapa menyebabkan kematian,” tulisnya.
Virus polio termasuk dalam golongan human enterovirus yang bereplikasi di usus dan dikeluarkan melalui tinja (feses). Virus bisa mengontaminasi makanan dan air dalam lingkungan yang tidak bersih.
Polio dapat terjadi di segala usia, tetapi terutama menyerang anak balita. Di awal abad 20, polio menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti di negara-negara industri, melumpuhkan ratusan ribu anak setiap tahun.
Semenjak ditemukannya vaksin polio, pada tahun 1950 hingga 1960-an kasus polio mulai terkendali, dan hilang di negara-negara maju. Tahun 1988 diadakan pemberatasan polio global, lebih dari 2,5 miliar anak telah diimunisasi polio.
Sejak itu dunia membuat kemajuan pesat melawan penyakit ini, dan tahun 2016 jumlah kasus lumpuh akibat polio berkurang 99,99%, dengan 42 kasus di tahun itu di seluruh dunia.
Sampai sekarang masih ada 3 negara endemis polio, yakni Afganistan, Pakistan dan Nigeria.
Gejala dan masa inkubasi
Masa inkubasi virus polio biasanya memakan waktu 3-6 hari, dan kelumpuhan terjadi dalam 7-21 hari.
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menjelaskan virus dapat hidup di usus orang yang terinfeksi selama berminggu-minggu. Itu dapat mencemari makanan dan air di lingkungan yang tidak higienis.
“Kebanyakan orang terinfeksi (72%) tidak memiliki gejala,” ungkap Saloni. “Seperempat kasus (24%) dengan gejala tidak spesifik selama beberapa hari. Dan 1-5% menyebabkan pasien lumpuh tungkai hingga 10 hari.”
Perlu dicatat penderita yang tidak bergejala tetap dapat menularkan virus ke orang lain. Secara umum gejala polio dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
- Polio non-paralisis dapat menyebabkan muntah, lemah otot, demam, meningitis, letih, sakit tenggorokan, sakit kepala serta kaki, tangan, leher dan punggung terasa kaku dan sakit.
- Polio paralisis menyebabkan sakit kepala, demam, lemah otot, kaki dan lengan terasa lemah dan kehilangan refleks tubuh.
- Sindrom pasca-polio menyebabkan sulit bernapas atau menelan, sulit berkonsentrasi, lemah otot, depresi, gangguan tidur dengan kesulitan bernapas, mudah lelah dan massa otot tubuh menurun.
Hanya dengan vaksinasi
Tidak ada obat untuk polio, tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi yang aman dan efektif. Vaksin polio melindungi anak-anak dengan menyiapkan tubuh mereka untuk melawan virus polio.
Hampir semua anak (> 99%) yang mendapatkan semua dosis vaksin polio inaktif yang direkomendasikan akan terlindungi dari polio. (jie)
[ad_2]
Sumber