[ad_1]
Ovulasi adalah proses pelepasan sel telur dari ovarium. Sel telur yang dilepaskan inilah yang memungkinkan terjadinya pembuahan saat bertemu sel sperma ketika penetrasi terjadi. Namun, ternyata tidak semua wanita mengalami proses ovulasi ini meskipun periode menstruasinya teratur. Kondisi inilah yang disebut dengan anovulasi. Lantas, apakah anovulasi dapat membuat seorang wanita tidak bisa hamil? Yuk, cari tahu selengkapnya berikut ini!
Apa Itu Anovulasi?
Anovulasi adalah kondisi di mana sel telur tidak dapat dilepaskan dari ovarium. Biasanya, ovulasi terjadi sekitar 12-14 hari sebelum hari pertama menstruasi berikutnya. Namun, pada kondisi anovulasi, proses ini tidak terjadi.
Apabila seorang wanita tidak mengalami ovulasi selama setahun, maka kondisi ini disebut juga dengan anovulasi kronis. Menurut National Institute of Health, masalah yang terkait dengan ovulasi, seperti anovulasi, menyumbang sekitar 30% dari kasus infertilitas.
Baca juga: Mengenal Infeksi Rahim Penyebab Infertilitas
Apa Penyebab Anovulasi?
Penyebab utama anovulasi adalah ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Perlu diketahui, untuk memicu terjadinya ovulasi, dibutuhkan sejumlah hormon, seperti gonadotropin-releasing hormone (GnRH), follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinizing hormone (LH).
Ketidakseimbangan hormon ini dapat dipicu oleh beberapa kondisi, antara lain:
1. Obesitas
Berat badan berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan senyawa kimiawi dalam tubuh, seperti kelebihan hormon androgen yaitu testosteron.
2. Stres
Stres yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang diperlukan dalam proses ovulasi.
3. Mestruasi pertama atau terakhir kali
Anovulasi dapat terjadi kapan saja selama siklus menstruasi seseorang. Namun, lebih sering terjadi pada momen mentruasi pertama kali atau justru mendekati masa menopause. Hal ini disebabkan pula oleh ketidakseimbangan hormon.
4. Berat badan rendah atau olahraga berlebih
Olahraga berlebih atau berat badan yang terlalu rendah dapat berdampak negatif pada kelenjar hipofisis wanita. Akibatnya, produksi LH dan FSH akan berkurang dan memengaruhi proses ovulasi.
5. Tidak mengonsumsi cukup kalori
Kurangnya asupan kalori dapat membuat berat badan terlalu rendah dan berdampak pada ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan masalah dengan ovulasi.
6. KB Hormonal
Hormon dalam pil KB dapat menghambat proses ovulasi.
7.Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
PCOS adalah kondisi yang cukup umum dan terjadi pada sekitar 1 dari sepuluh wanita berusia subur. Sindrom ini dapat menyebabkan anovulasi akibat produksi hormon androgen yang berlebih sehingga folikel ovarium akan tetap kecil.
8. Kelainan TSH atau prolaktin
Ketidakseimbangan salah satu dari hormon ini dapat menyebabkan masalah dengan ovulasi.
9. Hipogonadisme (HA)
Ini adalah suatu kondisi di mana ovarium hanya membuat sedikit hormon seks atau bahkan tidak memproduksi sama sekali.
10. Insufisiensi ovarium
Ini merupakan kondisi di mana ovarium berhenti berfungsi sebelum seorang wanita berusia 40 tahun.
Baca juga: Kok, Sulit Hamil Lagi? Hati-hati Infertilitas Sekunder!
Apa Saja Gejala Anovulasi?
Anovulasi biasanya ditandai dengan beberapa gejala, seperti:
- Menstruasi tidak teratur
- Siklus menstruasi yang terlalu panjang atau justru terlalu pendek
- Jumlah lendir serviks yang sedikit
- Suhu basal tubuh tidak teratur
Meski anovulasi dapat ditandai dengan gejala-gejala ini, tetapi beberapa wanita ada pula yang tetap mengalami periode menstruasi normal. Apabila hal ini terjadi, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan alat tertentu untuk memastikan diagnosis.
Apakah Wanita yang Mengalami Anovulasi Bisa Hamil?
Kehamilan hanya mungkin terjadi jika sel telur dibuahi oleh sel sperma. Oleh karenya, jika tidak ada sel telur yang dihasilkan dari proses ovulasi, maka pembuahan tidak akan terjadi. Secara otomatis, kehamilan pun tidak akan terjadi.
Namun, bukan berarti tidak ada kemungkinan sama sekali. Dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan tertentu, anovulasi masih bisa ditangani.
Penanganan Anovulasi
Untuk menangani kasus anovulasi, dokter mungkin akan menyarankan beberapa tips yang berfokus pada perubahan gaya hidup, seperti:
- Untuk wanita dengan BMI tinggi atau obesitas, dokter mungkin akan meminta untuk menurunkan berat badan dengan pola diet yang seimbang. Begitu pula dengan wanita dengan berat badan yang terlalu rendah. Dokter akan menyarankan untuk menaikkan berat badannya secara sehat.
- Apabila anovulasi disebabkan oleh olahraga atau aktivitas yang terlalu berat, dokter akan menyarankan untuk mengurangi intensitas dan frekuensi olahraga yang dilakukan.
- Melakukan meditasi atau terapi psikis bagi wanita yang mengalami anovulasi akibat stres dan kecemasan.
Pada kasus yang lebih parah dan perbaikan gaya hidup tidak terlalu berdampak signifikan, dokter mungkin juga akan meresepkan beberapa jenis obat tertentu. Obat-obatan yang umum diresepkan, antara lain:
- Klomifen sitrat
- Inhibitor aromatase
- Agen sensitisasi insulin
- Gonadotropin
Pilihan terakhir jika semua intervensi medis juga tidak membuahkan hasil baik, maka dokter biasanya akan merekomendasikan metode fertilisasi in-vitro (IVF) atau inseminasi intrauterin (IUI) untuk mendapatkan kehamilan. (BAG)
Baca juga: Infertilitas, Apakah Adopsi Anak Solusinya?
Referensi
Mom Junction. Anovulation: What It Is, Symptoms, Causes And Treatment.
[ad_2]
Sumber