Apakah peningkatan CRP merupakan penyebab tertekan atau cuma tanda-tanda itu tidak dikenali, katanya. “Kita tidak bisa betul-betul mengatakan ayam apa dan telur apa,” kata Nordestgaard.Dan apakah menurunkan CRP akan membantu merenggangkan tertekan tidak terperinci, ia menyertakan.
Nordestgaard mencatat bahwa peningkatan kadar CRP bekerjasama dengan orang-orang “dengan pola hidup tidak sehat -. orang gemuk dan orang-orang dengan penyakit kronis ” Tapi temuan mereka diadakan bahkan dikala mereka memperhitungkan faktor-faktor.Bagaimana studi ini dikerjakan Untuk observasi, yang diterbitkan secara online di Archives of General Psychiatry ,tim Nordestgaard menghimpun data dari lebih dari 73 000 orang pandai balig cukup logika yang mengambil bagian dalam studi populasi di Kopenhagen. Secara khusus, mereka menyaksikan dilaporkan sendiri penggunaan antidepresan, resep antidepresan dan rawat inap untuk stress.
Di antara orang yang memakai antidepresan, kemungkinan juga mempunyai tingkat CRP yang tinggi nyaris tiga kali lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak mengonsumsi obat ini, para peneliti mencatat.Selain itu, peningkatan tingkat CRP dikaitkan dengan kemungkinan lebih dari dua kali lipat dari rumah sakit untuk depresi.Lebih dari 21 juta orang Amerika menderita stress, penyebab utama abnormalitas, menurut Amerika Kesehatan Mental. Penelitian sebelumnya sudah menyarankan bahwa peradangan tingkat rendah sistemik dapat berkontribusi untuk pengembangannya, para peneliti mencatat.
Meskipun seseorang menderita penyakit radang mungkin tidak memberikan tanda-tanda, ada kemungkinan bahwa hal itu mampu membuat depresi, kata Nordestgaard.Tidak siapa pun baiklah dengan kesimpulan Nordestgaard itu. Seorang pakar menyampaikan bahwa karena hasil studi didasarkan pada cross-sectional analisis, mustahil untuk memastikan apakah tingkat CRP memunculkan depresi. “Dengan kata lain, cuma menemukan kekerabatan antara peradangan dan tertekan, tetapi berpengaruh, mengatakan apa-apa wacana prosedur yang mendasari yang menghubungkan mereka,” kata Simon Rego, direktur pembinaan psikologi di Montefiore Medical Center / Albert Einstein College of Medicine di New York City .
Misalnya, peradangan mampu menyebabkan frustasi, frustasi mampu membuat peradangan, atau perkumpulan mungkin disebabkan oleh aspek ketiga dan sama sekali bertentangan, jelasnya. “Jelas,
observasi lebih lanjut diperlukan untuk memilih arah relasi antara CRP dan stress,” kata Rego. Ahli lain sepakat.”Saya tidak percaya apa utilitas klinis studi ini akan mempunyai,” kata Dr Bryan Bruno, bangku bertindak psikiatri di Lenox Hill Hospital di New York City. “Sudah jelas mereka tidak membangun tugas penyebab antara CRP dan stress.”
“Bagaimanapun studi ini, mengingatkan kita bahwa ada dasar biologis untuk stress,” kata Bruno. “Ini mengingatkan kita banyak putus asa adalah penyakit otak,” katanya.
Sumber health24